BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Masalah kesehatan pada dasarnya
tersebar mengikuti pola distribusi epidemiologis. Artinya, sering tidaknya
suatu penyakit tersebar pada suatu tempat adalah sesuai dengan besarnya
keberadaan faktor-faktor epidemiologis didaerah atau komuniti bersangkutan.
Karena itu, secara umum penyakit tersebar menurut faktor-faktor penjamu, agen
dan lingkungan. Dan untuk menjelaskan distribusi itu dipergunakanlah model PPT
(person, place dan time). Pengutaraan distribusi penyakit dilakukan
dengan menyatakan karakteristik penderita, tempat kejadian dan waktu
kejadiannya. Dengan memperhatikan hal ini, data epidemologis yang dibutuhkan
adalah data mengenai karakteristik epidemiologis yang berkaitan distribusi
penyakit yang diamati.
Data merupakan komponen penting
dalam epidemologi, sebagai “napas” epidemiologi. Data adalah sumber informasi,
sumber inspirasi yang amat diperlukan oleh epidemiologi dalam melakukan
perannya. Tanpa data epidemiologi akan “buta” , tidak mampu melihat masalah kesehatan
yang sedang terjadi. Mengingat pentingnya data, bukan hanya keberadaan dan
ketersediaannya yang diperlukan, tetapi diperlukan data yang berkualitas.
Dengan memperhatikan hal ini, data epidemologis yang dibutuhkan adalah data
mengenai karakteristik epidemiologis yang berkaitan distribusi penyakit yang
diamati.
1.2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka rumusan masalah yang di ambil adalah:
1.2.1. Apa
saja sumber data epidemiologi
1.2.2. Bagaimana
cara pengumpulan data
1.2.3. Masalah
yang terdapat dalam proses pengumpulan data
1.3.
Tujuan
Penulisan
1.3.1. Untuk
mengetahui sumber data epidemiologi
1.3.2. Untuk
mengetahui cara pengumpulan data
1.3.3. Untuk
mengetahui masalah yang terdapat dalam proses pengumpulan data
1.4.
Metode
Penulisan
Dalam membuat makalah ini, penulis menggunakan
metode kepustakaan di mana penulis mencari data lewat internet dan buku sumber.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sumber Data
Berbagai jenis data dapat diperoleh
dari berbagai sumber.
1.
Sumber
data dari populasi
Sumber data populasi yang cukup
lengkap yaitu data sensus penduduk, baik yang bersifat nasional maupun lokal.
Data ini biasanya dikumpulkan setiap sepuluh tahun dan diadakan pembaruan data
melalui ensus antara (supas) atau pembaruan data yang biasanya dilakukan oleh
Biro Pusat Statistik (BPS).
2.
Catatan
peristiwa vital (vital records)
Sistem pencatatan peristiwa vital
meliputi:
a. Akta kelahiran
Akta kelahiran merupakan salah satu catatan peristiwa vital yang
sangat berguna dalam analisis epidemiologi. Kegunaannyauntuk mendapatkan
besarnya penyebut (kelahiran hidup) dalam menghitung rate kejadian penyakit
pada bayi dan untuk menghitung angka kematian bayi.untuk suatu pencatatan yang
lengkap maka selain kejadian kelahiran jugasering dicantumkan bebagai hal yang
bertalian dengan kejadian kelahiran tersebut seperti kelainan pada bayi, berat
badan lahir, umur kehamilan, serta berbagai informasi yang bertalian dengan
keadaan ibu waktu hamil dan melahirkan (bila memungkinkan)
b. Sertifikat kematian
Sertifikat kematian merupakan salah satu bentuk pencacatan
vital yang sangat berperan dalam epidemiologi. Melalui sistem sertifikat
kematian yang lengkap, kita dapat memperoleh berbagai keterangan penyakit dan
penyebarannya menurut berbagai variabel. Di samping itu, dengan diketahuinya
rate kematian penyakit tertentu, memungkinkan kita melakukan analisis yang
lebih luas tentang keganasan, insiden, pengobatan dan perawatan. Bahkan
berbagai keterangan juga dapat dianalisis tentang perilaku sehat masyarakat dan
tingkat kesehatan masyarakat.
Dalam sertifikat kematian, selain dicantumkan secara lengkap
variabel orang (umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, dan sebagainya),
waktu kejadian dan tempat kejadian, juga yang tidak kalah pentingnya adalah
sebab kematian. Adapun penyabab kematian yang tercantum pada sertifikat
kematian harus diteliti cara penentuannya. Hal ini disebabkan karena penentuan
penyebab kematian merupakan salinan antara konsep penyebab, ketepatan
diagnosis, sistem klasifikasi penyakit yang digunakan, dan beberapa hal lain
yang sangat bervariasi sesuai dengan perkembangan waktu.
Pda sertifikat kematian, tersedia lebih dari satu kolom
untuk sebab kematian. Hal ini memungkinkan dokter mengisi berbagai kondisi
penderita sebelum meninggalatau berbagai penyakit yang dideritanya pada
saat-saat terakhir khidupan penderita tersebut seperti pneumonia, hipertensi,
perdarahan otak dan diabetes.
Dalam hal penyebab ganda seperti ini, sistem tabulasi
penyebab kematian kadang-kadang mengalami kesulitan tergantung pendapat mereka
yang menggunakannya. Umpamanya seseorang yang menderita diabetes dan meninggal
karena serangan jantung, kemungkinan besar digolongkan dalam sebab kematian
karena diabetes. Yang lebih parah lagi, bila dalam sertifikat tersebut tidak
dicantumkan nama penyakit sesuai dengan klasifikasi internasional ataupun
klasifikasi yang berlaku.
Khusus untuk kejadian kematian bayi dalam kandungan (fetal
death) pelaporannya sama dengan pelaporan kematian bila usia kehamilan mencapai
lebih dari 28 minggu. Namun demikian, sebagian besar kematian maupun kelahiran
bayi seperti tersebut di atas, di Indonesia, sangat jarang dilaporkan sehingga
memberikan angka yang sangat rendah dari seharusnya.
3.
Pelaporan
dan pencatatan penyakit
Pelaporan dan pencatatan penyakit
dilakukan dalam beberapa bentuk antara lain:
v Pencatatan dan pelaporan rutin melalui
berbagai sarana pelayanan kesehatan (puskesmas, rumah sakit, dsb)
v Sistem pencatatan dan pelaporan
khusus antara lain: berbagai jenis penyakit menular tertentu melalui sistem
surveilans epidemiologi serta survei kesehatan pada berbagai tingkatan.
Pelaporan
penyakit menular tertentu dilakukan secara teratur setiap minggu melalui surveilans penyakit menular.
Sedangkan penyakit lainnya yang belum masuk dalam sistem surveilans dilaporkan
secara teratur melalui laporan bulanan. Pencatatan dan pelaporan penyakit
emnular tertentu terutama penyakit yang mempunyai potensi mewabah dimaksudkan
untuk mendapatkan informasi terus menerus dalam usaha mencegah terjadinya
wabah, selain digunakan untuk penyusunan dan evaluasi program. Pencatatan dan
pelaporan penyakit tidak menular, umumnya, dilakukan melalui laporan bulanan
yang dilakukan melalui berbagai pusat pelayanan kesehatan. Demikian pula dengan
penyakitgangguan jiwa, dibuatkan sistem pencatatan dan pelaporan tersendiri.
Keseluruhan
laporan tesebut di atas selain dianalisis pada tingkat pelayanan kesehatan di
Puskesmas, Rumah Sakit dan pada tingkat kabupaten serta dinas kesehatan
provinsi, juga dilakukan analisis terpusat pada Pusat Pengolahan Data di
Departemen Kesehatan. Hasil dari masing-masing analisis data tersebut digunakan
untuk kepentingan perencanaan dan evaluasi program kesehatan masyarakat.
4.
Survei
kesehatan
Tujuan dari survei kesehatan yaitu:
a) Untuk menjadi salah satu pedoman
perencanaan dan evaluasi program kesehatan masyarakat dan peranan swadaya masyarakat
dalam bidang kesehatan.
b) Untuk memperkirakan kebutuhan
pelayanan kesehatan masyarakat termasuk fasilitas dan tenaga.
c) Untuk menyediakan data bagi
kebutuhan pendididkan dan penelitian kesehatan masyarakat.
2.2. Cara Pengumpulan Data
Karena perlunya mendapatkan data yang akurat, diperlukan
desain dan metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara atau
sumber pengumpulan data, seperti :
1.
Menurut cara pengumpulannya :
a. Langsung : dengan
wawancara person dengan person, pengumpulan
data
berhadapan langsung dengan sumber informasi.
b. Tidak langsung
: melalui telfon atau surat, jadi melalui media atau
alat/cara tertentu untuk mencapai
responden.
2.
Menurut sumber pengumpulannya :
a. Data primer : Data yang
dikumpulkan langsung oleh pihak yang memerlukannya dari tangan pertama (responden)
atau subjek penelitian. Seperti hasil
wawancara, pengisian kuesioner (angket), observasi dan lain-lain.
v Wawancara
Wawancara
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya
jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau
sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan
sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000
responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan
sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif). Wawancara dapat
dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.
Wawancara Tatap Muka
Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain :
·
Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden
·
Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan
keraguan, menambah pertanyaan baru
·
Bisa membaca isyarat non verbal
·
Bisa memperoleh data yang banyak
Sementara kekurangannya adalah :
·
Membutuhkan waktu yang lama
·
Biaya besar jika responden yang akan diwawancara
berada di beberapa daerah terpisah
·
Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang
diberikan
·
Pewawancara perlu dilatih
·
Bisa menimbulkan bias pewawancara
·
Responden bias menghentikan wawancara kapanpun
Wawancara
via phone
Kelebihan
·
Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara
tatap muka
·
Bisa menjangkau daerah geografis yang luas
·
Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi
(tatap muka)
Kelemahan
·
Isyarat non verbal tidak bisa dibaca
·
Wawancara harus diusahakan singkat
·
Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan
nomor yang tidak terdaftar pun dihilangkan dari sampel.
v Angket
Angket /
kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan
responden untuk dijawabnya.Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui
angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di
berbagai wilayah.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket
menurut Uma Sekaran terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran
dan penampilan fisik. Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor
antara lain :
·
Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan
ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
·
Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan
responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa
Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
·
Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau
terturup. Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan
jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban
yang disediakan.
v Observasi
Obrservasi
merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap
dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam
berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila
penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Participant
Observation
Dalam
observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari
orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru
dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa,
kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
Non
participant Observation
Berlawanan
dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang
penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati..
Kelemahan
dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena
hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang
terkandung di dalam peristiwa.
Alat yang
digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku
catatan, kamera photo, dan lain lain.
b. Data sekunder: Data
diperoleh dari pihak yang sudah mengumpulkan data itu sebelumnya dimana pembaca data
tinggal langsung membaca atau memperolehnya secara tertulis dari pengumpul data
pertama. Misalnya untuk membaca jumlah penduduk Indonesia, datanya tidak perlu
dikumpul oleh orang per orang atau instansi tetapi langsung dapat diperoleh dan
dibaca dari Biro Pusat Statistik (BPS) berdasarkan data sensus penduduk yang
diperolehnya.
2.3. Masalah Dalam Pengumpulan Data
Masalah data tidak hanya menyangkut bagaimana mendapatkan
data. Data yang diperoleh belum tentu selalu sesuai dengan keinginan pihak yang
memerlukannya. Masalah data dapat mencakup, selain masalah memperolehnya, juga membaca,
menginterpretasi dan menyebar-luaskannya. Untuk mendapatkan, membaca maupun
menginterpretasikan suatu data tidak jarang ditemukan berbagai macam kendala.
Kemungkinan kesulitan dalam menghadapi data dapat berupa :
a. Tidak tersedianya atau kesulitan
memperoleh data yang diinginkan
b. Ketidak-lengkapan data. Antara data
yang sudah tersedia dengan informasi
yang dibutuhkan sangat sering terjadi kesennjangan. Karena itu mungkin
diperlukan usaha tambahan untuk menjajaki berbagai sumber data atau bahkan terkadang
mengharuskan pengumpulan data sendiri.
c. Ketidakserasian data yang diperoleh
dari berbagai sumber. Bahkan mungkin saja terjadi semacam kontroversi mengenai
suatu data yang diperoleh dari berbagai sumber.
d. Kemungkinan bias/kesalahan.
Diperlukan teknik pengambilan dan proses pengambilan yang tepat untuk
menghindari kemungkinan kesalahan, baik karena keasalahan sumber atau
pengambilannya.
e. Pola penyakit yang memungkinkan
sulitnya mendapatkan kasus, karena banyaknya kasus yang sebenarnya
tersembunyi. Yang tampak hanya sebagian saja, yang sebenarnya lebih banyak yang
tersembunyi. Keadaan ini biasa disebut sebagai fenomena gunung es (iceberg phenomen).
Contoh yang baik menggambarkan fenomena gunung es ini adalah
yang terjadi pada data HIV/AIDS. Jumlah kasus yang tampak, diketahui,
dilaporkan dan tercatat hanya sekitar 500.000 kasus tahun (tahun 1990-an).
Padahal jumlah kasus AIDS yang tidak terlaporkan lebih dari 1 juta. Belum lagi
besarnya jumlah sebenarnya yang terinfeksi HIV yang belum menderita AIDS, yang
jumlahnya diperkirakan berlipat ganda, mencapai lebih 10 jutaan. Penyakit
dengan fenomena gunung es ini merupakan tantangan epidemologis yang sangat
sering ditemukan pada berbagai penyakit infeksi, terlebih di kalangan penyakit
tidak menular yang perlangsungannya kronik.
BAB III
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
Data merupakan komponen penting dalam epidemologi, sebagai
“napas” epidemiologi. Mengingat pentingnya data, bukan hanya keberadaan dan
ketersediaannya yang diperlukan, tetapi diperlukan data yang berkualitas.
Karena itu untuk mendapatkan data yang berkualitas maka kita harus mengetahui
sumber data epidemiologi seperti Sumber data dari populasi, Catatan peristiwa
vital (vital records), pelaporan dan pencatatan penyakit dan survey kesehatan.
Selain itu cara pengumpulan data menurut caranya terdiri dari pengumpulan
langsung dan tidak langsung, menurut sumber pengumpulannya terbagi menjadi data
primer dan sekunder. Dalam pengumpulan data pun tidak terlepas dari masalah
masalah seperti tidak tersedianya data, ketidaklengkapan data,
ketidakselarasian data, kemungkinan adanya kesalahan dan pola penyakit yang
memungkinkan sulitmya mendapatkan kasus.
3.2. SARAN
Ketersediaan dan keakuratan data sangat
penting dalam epidemiologi dimana dapat digunakan untuk menanggulangi
masalah-masalah serta membantu dalam perencanaan pembangunan di bidang
kesehatan. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama dalam pengumpulan data yang
baik dan berkualitas agar dapat meminimalisir masalah yang dapat muncul saat
pengumpulan data.
sebaiknya dapus referensinya dilampirkan bro.
BalasHapussebaiknya dapus referensinya dilampirkan bro.
BalasHapus