Sabtu, 14 Maret 2015

Data Epidemiologi

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Masalah kesehatan pada dasarnya tersebar mengikuti pola distribusi epidemiologis. Artinya, sering tidaknya suatu penyakit tersebar pada suatu tempat adalah sesuai dengan besarnya keberadaan faktor-faktor epidemiologis didaerah atau komuniti bersangkutan. Karena itu, secara umum penyakit tersebar menurut faktor-faktor penjamu, agen dan lingkungan. Dan untuk menjelaskan distribusi itu dipergunakanlah model PPT (person, place dan time).   Pengutaraan distribusi penyakit dilakukan dengan menyatakan karakteristik penderita, tempat kejadian dan waktu kejadiannya. Dengan memperhatikan hal ini, data epidemologis yang dibutuhkan adalah data mengenai karakteristik epidemiologis yang berkaitan distribusi penyakit yang diamati.
Data merupakan komponen penting dalam epidemologi, sebagai “napas” epidemiologi. Data adalah sumber informasi, sumber inspirasi yang amat diperlukan oleh epidemiologi dalam melakukan perannya. Tanpa data epidemiologi akan “buta” , tidak mampu melihat masalah kesehatan yang sedang terjadi. Mengingat pentingnya data, bukan hanya keberadaan dan ketersediaannya yang diperlukan, tetapi diperlukan data yang  berkualitas. Dengan memperhatikan hal ini, data epidemologis yang dibutuhkan adalah data mengenai karakteristik epidemiologis yang berkaitan distribusi penyakit yang diamati.

1.2.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang di ambil adalah:
1.2.1.      Apa saja sumber data epidemiologi
1.2.2.      Bagaimana cara pengumpulan data
1.2.3.      Masalah yang terdapat dalam proses pengumpulan data



1.3.            Tujuan Penulisan
1.3.1.      Untuk mengetahui sumber data epidemiologi
1.3.2.      Untuk mengetahui cara pengumpulan data
1.3.3.      Untuk mengetahui masalah yang terdapat dalam proses pengumpulan data

1.4.            Metode Penulisan
Dalam membuat makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan di mana penulis mencari data lewat internet dan buku sumber.





















BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sumber Data

Berbagai jenis data dapat diperoleh dari berbagai sumber.
1.         Sumber data dari populasi
Sumber data populasi yang cukup lengkap yaitu data sensus penduduk, baik yang bersifat nasional maupun lokal. Data ini biasanya dikumpulkan setiap sepuluh tahun dan diadakan pembaruan data melalui ensus antara (supas) atau pembaruan data yang biasanya dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS).
2.         Catatan peristiwa vital (vital records)
Sistem pencatatan peristiwa vital meliputi:
a.       Akta kelahiran
Akta kelahiran merupakan salah satu catatan peristiwa vital yang sangat berguna dalam analisis epidemiologi. Kegunaannyauntuk mendapatkan besarnya penyebut (kelahiran hidup) dalam menghitung rate kejadian penyakit pada bayi dan untuk menghitung angka kematian bayi.untuk suatu pencatatan yang lengkap maka selain kejadian kelahiran jugasering dicantumkan bebagai hal yang bertalian dengan kejadian kelahiran tersebut seperti kelainan pada bayi, berat badan lahir, umur kehamilan, serta berbagai informasi yang bertalian dengan keadaan ibu waktu hamil dan melahirkan                           (bila memungkinkan)
b.      Sertifikat kematian
Sertifikat kematian merupakan salah satu bentuk pencacatan vital yang sangat berperan dalam epidemiologi. Melalui sistem sertifikat kematian yang lengkap, kita dapat memperoleh berbagai keterangan penyakit dan penyebarannya menurut berbagai variabel. Di samping itu, dengan diketahuinya rate kematian penyakit tertentu, memungkinkan kita melakukan analisis yang lebih luas tentang keganasan, insiden, pengobatan dan perawatan. Bahkan berbagai keterangan juga dapat dianalisis tentang perilaku sehat masyarakat dan tingkat kesehatan masyarakat.
Dalam sertifikat kematian, selain dicantumkan secara lengkap variabel orang (umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, dan sebagainya), waktu kejadian dan tempat kejadian, juga yang tidak kalah pentingnya adalah sebab kematian. Adapun penyabab kematian yang tercantum pada sertifikat kematian harus diteliti cara penentuannya. Hal ini disebabkan karena penentuan penyebab kematian merupakan salinan antara konsep penyebab, ketepatan diagnosis, sistem klasifikasi penyakit yang digunakan, dan beberapa hal lain yang sangat bervariasi sesuai dengan perkembangan waktu.
Pda sertifikat kematian, tersedia lebih dari satu kolom untuk sebab kematian. Hal ini memungkinkan dokter mengisi berbagai kondisi penderita sebelum meninggalatau berbagai penyakit yang dideritanya pada saat-saat terakhir khidupan penderita tersebut seperti pneumonia, hipertensi, perdarahan otak dan diabetes.
Dalam hal penyebab ganda seperti ini, sistem tabulasi penyebab kematian kadang-kadang mengalami kesulitan tergantung pendapat mereka yang menggunakannya. Umpamanya seseorang yang menderita diabetes dan meninggal karena serangan jantung, kemungkinan besar digolongkan dalam sebab kematian karena diabetes. Yang lebih parah lagi, bila dalam sertifikat tersebut tidak dicantumkan nama penyakit sesuai dengan klasifikasi internasional ataupun klasifikasi yang berlaku.
Khusus untuk kejadian kematian bayi dalam kandungan (fetal death) pelaporannya sama dengan pelaporan kematian bila usia kehamilan mencapai lebih dari 28 minggu. Namun demikian, sebagian besar kematian maupun kelahiran bayi seperti tersebut di atas, di Indonesia, sangat jarang dilaporkan sehingga memberikan angka yang sangat rendah dari seharusnya.
3.         Pelaporan dan pencatatan penyakit
         Pelaporan dan pencatatan penyakit dilakukan dalam beberapa bentuk antara lain:
v  Pencatatan dan pelaporan rutin melalui berbagai sarana pelayanan kesehatan (puskesmas, rumah sakit, dsb)
v  Sistem pencatatan dan pelaporan khusus antara lain: berbagai jenis penyakit menular tertentu melalui sistem surveilans epidemiologi serta survei kesehatan pada berbagai tingkatan.

Pelaporan penyakit menular tertentu dilakukan secara teratur setiap minggu    melalui surveilans penyakit menular. Sedangkan penyakit lainnya yang belum masuk dalam sistem surveilans dilaporkan secara teratur melalui laporan bulanan. Pencatatan dan pelaporan penyakit emnular tertentu terutama penyakit yang mempunyai potensi mewabah dimaksudkan untuk mendapatkan informasi terus menerus dalam usaha mencegah terjadinya wabah, selain digunakan untuk penyusunan dan evaluasi program. Pencatatan dan pelaporan penyakit tidak menular, umumnya, dilakukan melalui laporan bulanan yang dilakukan melalui berbagai pusat pelayanan kesehatan. Demikian pula dengan penyakitgangguan jiwa, dibuatkan sistem pencatatan dan pelaporan tersendiri.
Keseluruhan laporan tesebut di atas selain dianalisis pada tingkat pelayanan kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit dan pada tingkat kabupaten serta dinas kesehatan provinsi, juga dilakukan analisis terpusat pada Pusat Pengolahan Data di Departemen Kesehatan. Hasil dari masing-masing analisis data tersebut digunakan untuk kepentingan perencanaan dan evaluasi program kesehatan masyarakat.
4.         Survei kesehatan
Tujuan dari survei kesehatan yaitu:
a)      Untuk menjadi salah satu pedoman perencanaan dan evaluasi program kesehatan masyarakat dan peranan swadaya masyarakat dalam bidang kesehatan.
b)      Untuk memperkirakan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat termasuk fasilitas dan tenaga.
c)      Untuk menyediakan data bagi kebutuhan pendididkan dan penelitian kesehatan masyarakat.









2.2. Cara Pengumpulan Data

Karena perlunya mendapatkan data yang akurat, diperlukan desain dan metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara atau sumber pengumpulan data,  seperti :
1.      Menurut cara pengumpulannya :
a.       Langsung : dengan wawancara person dengan person, pengumpulan  
        data berhadapan langsung dengan sumber informasi.
b.      Tidak langsung : melalui telfon atau surat, jadi melalui media atau
                alat/cara tertentu untuk mencapai responden.

2.      Menurut sumber pengumpulannya :
a.      Data primer : Data yang dikumpulkan langsung oleh pihak yang     memerlukannya dari tangan pertama (responden) atau subjek penelitian.    Seperti hasil wawancara, pengisian kuesioner (angket), observasi dan lain-lain.
v  Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.
Wawancara Tatap Muka
Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain :
·         Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden
·         Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah pertanyaan baru
·         Bisa membaca isyarat non verbal
·         Bisa memperoleh data yang banyak
Sementara kekurangannya adalah :
·         Membutuhkan waktu yang lama
·         Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah terpisah
·         Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan
·         Pewawancara perlu dilatih
·         Bisa menimbulkan bias pewawancara
·         Responden bias menghentikan wawancara kapanpun
Wawancara via phone
Kelebihan
·         Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka
·         Bisa menjangkau daerah geografis yang luas
·         Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi (tatap muka)
Kelemahan
·         Isyarat non verbal tidak bisa dibaca
·         Wawancara harus diusahakan singkat
·         Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak terdaftar pun dihilangkan dari sampel.
v  Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya.Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik. Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
·         Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
·         Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
·         Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.
v  Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati..
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa.
Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dan lain lain.

b.     Data sekunder: Data diperoleh dari pihak yang sudah mengumpulkan  data itu sebelumnya dimana pembaca data tinggal langsung membaca atau memperolehnya secara tertulis dari pengumpul data pertama. Misalnya untuk membaca jumlah penduduk Indonesia, datanya tidak perlu dikumpul oleh orang per orang atau instansi tetapi langsung dapat diperoleh dan dibaca dari Biro Pusat Statistik (BPS) berdasarkan data sensus penduduk yang diperolehnya.

2.3. Masalah Dalam Pengumpulan Data

Masalah data tidak hanya menyangkut bagaimana mendapatkan data. Data yang diperoleh belum tentu selalu sesuai dengan keinginan pihak yang memerlukannya. Masalah data dapat mencakup, selain masalah memperolehnya, juga membaca, menginterpretasi dan menyebar-luaskannya. Untuk mendapatkan, membaca maupun menginterpretasikan suatu data tidak jarang ditemukan berbagai macam kendala.
Kemungkinan kesulitan dalam menghadapi data dapat berupa :
a.       Tidak tersedianya atau kesulitan memperoleh data yang diinginkan
b.      Ketidak-lengkapan data. Antara data yang sudah tersedia dengan  informasi yang dibutuhkan sangat sering terjadi kesennjangan. Karena itu mungkin diperlukan usaha tambahan untuk menjajaki berbagai sumber data atau bahkan terkadang mengharuskan pengumpulan data sendiri.
c.       Ketidakserasian data yang diperoleh dari berbagai sumber. Bahkan mungkin saja terjadi semacam kontroversi mengenai suatu data yang diperoleh dari berbagai sumber.
d.      Kemungkinan bias/kesalahan. Diperlukan teknik pengambilan dan proses pengambilan yang tepat untuk menghindari kemungkinan kesalahan, baik karena keasalahan sumber atau pengambilannya.
e.       Pola penyakit yang memungkinkan sulitnya mendapatkan kasus, karena  banyaknya kasus yang sebenarnya tersembunyi. Yang tampak hanya sebagian saja, yang sebenarnya lebih banyak yang tersembunyi. Keadaan ini biasa disebut sebagai fenomena gunung es (iceberg phenomen).
Contoh yang baik menggambarkan fenomena gunung es ini adalah yang terjadi pada data HIV/AIDS. Jumlah kasus yang tampak, diketahui, dilaporkan dan tercatat hanya sekitar 500.000 kasus tahun (tahun 1990-an). Padahal jumlah kasus AIDS yang tidak terlaporkan lebih dari 1 juta. Belum lagi besarnya jumlah sebenarnya yang terinfeksi HIV yang belum menderita AIDS, yang jumlahnya diperkirakan berlipat ganda, mencapai lebih 10 jutaan. Penyakit dengan fenomena gunung es ini merupakan tantangan epidemologis yang sangat sering ditemukan pada berbagai penyakit infeksi, terlebih di kalangan penyakit tidak menular yang perlangsungannya kronik.

           

















BAB III
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
Data merupakan komponen penting dalam epidemologi, sebagai “napas” epidemiologi. Mengingat pentingnya data, bukan hanya keberadaan dan ketersediaannya yang diperlukan, tetapi diperlukan data yang  berkualitas. Karena itu untuk mendapatkan data yang berkualitas maka kita harus mengetahui sumber data epidemiologi seperti Sumber data dari populasi, Catatan peristiwa vital (vital records), pelaporan dan pencatatan penyakit dan survey kesehatan. Selain itu cara pengumpulan data menurut caranya terdiri dari pengumpulan langsung dan tidak langsung, menurut sumber pengumpulannya terbagi menjadi data primer dan sekunder. Dalam pengumpulan data pun tidak terlepas dari masalah masalah seperti tidak tersedianya data, ketidaklengkapan data, ketidakselarasian data, kemungkinan adanya kesalahan dan pola penyakit yang memungkinkan sulitmya mendapatkan kasus.

3.2. SARAN
Ketersediaan dan keakuratan data sangat penting dalam epidemiologi dimana dapat digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah serta membantu dalam perencanaan pembangunan di bidang kesehatan. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama dalam pengumpulan data yang baik dan berkualitas agar dapat meminimalisir masalah yang dapat muncul saat pengumpulan data.







2 komentar: