BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penyakit Rabies merupakan penyakit tingkat akut yang
disebabkan oleh virus yang dapat mempengaruhi otak dan sumsum tulang belakang
dari semua mamalia, termasuk anjing, kucing, dan manusia. Penyakit
ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Virus Rabies ini ditularkan melalui gigitan hewan
misalnya anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Setiap tahun, rabies
menyebabkan kematian sebanyak 50.000 orang dan jutaan hewan di seluruh dunia.
Setelah gejala-gejala muncul, penyakit ini akan berakhir dengan kematian.
Apabila sebuah kelompok masyarakat terkena penyakit ini, maka perbandingannya
bisa mencapai 5:1.
1.2
Rumusan
masalah
1.2.1 Apa
definisi penyakit Rabies?
1.2.2 Bagaimana
etiologi dari penyakit Rabies?
1.2.3 Bagaimana
epidemiologi penyakit Rabies?
1.2.4 Bagaimana
patogenesis dari penyakit Rabies?
1.2.5 Bagaimana
Natural History Disease dari penyakit Rabies?
1.2.6 Apa
saja dampak sosial masyarakat dari penyakit Rabies?
1.2.7 Bagaimana
upaya pencegahan & penanggulangan serta pengobatan bagi penyakit Rabies?
1.2.8
Bagaimana prognosis dari penyakit
Rabies?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.3.1 Untuk
mengetahui definisi penyakit Rabies.
1.3.2 Untuk
mengetahui etiologi penyakit Rabies.
1.3.3 Untuk
mengetahui epidemiologi penyakit Rabies.
1.3.4 Untuk
mengetahui patogenesis penyakit Rabies.
1.3.5 Untuk
mengetahui Natural History Disease penyakit Rabies.
1.3.6 Untuk
mengetahui berbagai dampak sosial masyarakat dari penyakit Rabies.
1.3.7 Untuk
mengetahui upaya pencegahan, penanggulangan dan pengobatan bagi penyakit
Rabies.
1.3.8 Untuk
mengetahui prognosis penyakit Rabies.
1.4
Metode
Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam
penyusunan makalah ini yaitu metode kepustakaan dengan melakukan browsing dari
internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kata
rabies berasal dari bahasa Sansekerta kuno rabhas yang artinya melakukan
kekerasan/kejahatan. Dalam bahasa Yunani, rabies disebut Lyssa atau Lytaa
yang artinya kegilaan. Dalam bahasa Jerman, rabies disebut tollwut yang
berasal dari bahasa Indojerman Dhvar yang artinya merusak dan wut
yang artinya marah. Dalam bahasa Prancis, rabies disebut rage berasal
dari kata benda robere yang artinya menjadi gila.
Penyakit
rabies atau dikenal juga dengan penyakit anjing gila merupakan salah satu
penyakit zoonosa (penyakit hewan yang dapat menular ke manusia) dan penyakit
hewan menular yang bersifat akut serta menyerang susunan syarat pusat dari
hewan domestik maupun liar serta dapat menyebabkan kematian pada manusia dengan
CFR (Case Fatality Rate) 100%. Penyakit rabies menular pada manusia melalui
gigitan hewan penderita atau dapat pula melalui jilatan pada luka karena air
liur hewan penderita rabies.
Gejala
rabies pada binatang bisa dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
- Fase Prodromal

Selama fase awal yang
berlangsung selama beberapa hari, penyakit ini menghasilkan perubahan yang
tidak terlalu terlihat, yaitu:
- Hilang nafsu makan
- Lesu
- Demam kadang muncul kadang hilang
- Mudah marah atau keinginan untuk sendiri
- Fase “Mad Dog”

Fase ini biasa berlangsung
kurang dari seminggu, ini adalah yang paling menakutkan karena biasanya gejala
kekerasan paling sering terjadi pada fase ini, meskipun perlu dicatat bahwa
tidak semua hewan yang terinfeksi rabies melalui fase ini. Beberapa orang dan
hewan melewati fase ini dan langsung menuju ke fase ke-3, yaitu Paralytic.
Gejala yang muncul pada
fase ini adalah :
- Kurangnya kordinasi, gerakan otot yang
tidak teratur atau kejang
- Perilaku
agresif terhadap benda atau makhluk lain
- Gelisah
dan berkeliaran tanpa tujuan dari satu tempat ke tempat lain
- Kurangnya
rasa takut
- Kebingungan
dan tidak begitu mengenali orang-orang dan tempat yang seharusnya dia tau.
- Fase Paralytic

Dalam tahap akhir
dan mematikan dari penyakit ini, manusia dan anjing yang terinfeksi rabies
memperlihatkan gejala-gejala berikut ini:
- Mulut berbusa; Gejala ini
disebabkan oleh kelumpuhan yang terjadi pada tenggorokan dan otot rahang,
yang membuat sulit untuk menelan ludah. Akibatnya, kebanyakan hewan tidak
akan mau makan dan minum sama sekali pada tahap ini.
- Rahang mengendur yang juga disebabkan oleh berkembangnya
kelumpuhan.
- Kelumpuhan seluruh tubuh yang berakhir pada
kematian.
Perlu diketahui
bahwa virus dapat tetap aktif di dalam tubuh hewan yang mati untuk waktu 48 jam
dan darah serta cairan tubuh lainnya dari hewan tersebut bisa menularkan virus
jika terkontak dengan luka segar yang terbuka atau selaput lendir.
Gejala
sakit yang akan dialami oleh seseorang apabila terkena virus rabies dibagi
dalam 4 tahap, yaitu :
- Stadium Prodnormal
Dalam stadium
prodnormal sakit yang timbul pada penderita tidak mencolok/ tidak khas. Hanya
menyerupai infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan, pusing,
pening, dan sebagainya.
- Stadium Sensoris
Dalam stadium sensoris penderita yang terkena virus rabies umumnya
akan mengalami rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas, gugup, kebingungan,
hiperhidrosis, hiperlakriminasi, hipersalivasi dan lain sebagainya.
- Stadium Eksitasi
Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget,
kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi aerofobia,
fotofobia dan hidrofobia. Kejang-kejang ini terjadi sebagai akibat dari adanya
gangguan di daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan.
- Stadium Paralitik
Pada
stadium ini menunjukkan tanda-tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah
yang progresif. karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka keempat
stadium sebelumnya akan terlihat sangat jelas perbedaannya.
2.2 Etiologi
Rabies disebabkan oleh virus rabies dari family Rhabdoviridae
dan genus Lysavirus.
Virus berbentuk peluru atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk
kerucut dan pada potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong).
Virus
tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membrane
selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat
tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran
selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi.
Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian
tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada
permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500
buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang
tinggi. Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan berukuran 9
nm, dan jarak antara spikes 4-5 nm. Virus peka terhadap sinar
ultraviolet, zat pelarut lemak, alkohol 70 %,yodium, fenol dan klorofrom. Virus
dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam larutan gliserin 50 %. Pada suhu 60
̊C virus mati dalam waktu 1 jam dan dalam penyimpanan kering beku (freezedried)
atau pada suhu 40 ̊C dapat tahan selama beberapa tahun.
Karakteristik utama family Rhabdoviridae adalah
hanya memiliki satu utas negatif RNA yang tidak bersegmen. Virus ini hidup pada
beberapa jenis hewan (Host) yang berperan sebagai perantara penularan. Spesies
hewan perantara bervariasi pada letak geografis. Hewan perantara ini
menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan.
Selain melalui gigitan, infeksi ini juga dapat terjadi melalui jilatan hewan
yang terinfeksi pada kulit yang terluka. setelah infeksi itu terjadi, virus
akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan
bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke
jaringan non-saraf. Misalnya awalnya masuk ke kelenjar air liur dan kemudian
masuk ke dalam air liur.
2.3 Epidemiologi
- Berdasarkan Orang
Rabies
telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang cukup banyak. Tahun
2000, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun
di dunia ini terdapat sekurang-kurangnya 50.000 orang meninggal karena rabies
dan Rabies tidak berkaitan dengan usia, jenis kelamin maupun ras.
- Berdasarkan Tempat
Di
Amerika utara, Hewan-hewan yang kemungkinan besar menjadi perantara virus
rabies ini adalah rakun dan sigung, di Eropa adalah rubah merah, dan di Afrika,
Asia, dan Amerika Latin adalah anjing. Di bagian Afrika, Asia, dan Amerika
latin memiliki tingkat penyakit rabies yang paling tinggi.
- Berdasarkan Waktu
Rabies bisa terjadi disetiap musim
atau iklim.
2.4 Patogenesis
Infeksi rabies pada manusia boleh
dikatakan hampir semuanya akibat gigitan hewan yang mengandung virus dalam
salivanya. Kulit yang utuh tidak dapat terinfeksi oleh rabies akan tetapi
jilatan hewan yang terinfeksi dapat berbahaya jika kulit tidak utuh atau
terluka. Virus juga dapat masuk melalui selaput mukosa yang utuh, misalnya
selaput konjungtiva mata, mulut, anus, alat genitalia eksterna. Penularan
melalui makanan belum pernah dikonfirmasi sedangkan infeksi melalui inhalasi
jarang ditemukan pada manusia. Hanya ditemukan 3 kasus yang infeksi terjadi
melalui inhalasi ini. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus rabies akan
menghindari penghancuran oleh sistem imunitas tubuh melalui pengikatannya pada
sistem saraf. Setelah inokulasi, virus ini memasuki saraf perifer. Masa
inkubasi yang panjang menunjukkan jarak virus pada saraf perifer tersebut
dengan sistem saraf pusat.
Amplifikasi terjadi hingga nukleokapsid
yang kosong masuk ke myoneural junction dan memasuki akson motorik dan
sensorik. Pada tahap ini, terapi pencegahan sudah tidak berguna lagi dan
perjalanan penyakit menjadi fatal dengan mortalitas 100 %. Jika virus
telah mencapai otak, maka ia akan memperbanyak diri dan menyebar ke dalam semua
bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem
limbik, hipotalamus, dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron –
neuron sentral, virus kemudian bergerak ke perifer dalam serabut saraf eferen
dan pada serabut saraf volunter maupun otonom. Dengan demikian, virus dapat
menyerang hampir seluruh jaringan dan organ tubuh dan berkembang biak dalam
jaringan seperti kelenjar ludah.
Khusus mengenai infeksi sistem limbik,
sebagaimana diketahui bahwa sistem limbik sangat berhubungan erat dengan fungsi
pengontrolan sikap emosional. Akibat pengaruh infeksi sel-sel dalam sistem
limbik ini, pasien akan menggigit mangsanya tanpa adanya provokasi dari luar.
2.5 Natural History of Disease
- Masa
Inkubasi dan Klinis
Gejala penyakit rabies mulai timbul dalam
waktu 30-50 hari setelah terinfeksi. Masa inkubasi virus hingga munculnya
penyakit adalah 10-14 hari pda anjing, tetapi pada manusia bisa mencapai 9
bulan. Namun dapat bervariasi dari 1 minggu bahkan sampai 1 tahun. Masa inkubasi sangat
tergantung pada tingkat keparahan luka, lokasi luka yang erat kaitannya dengan
keadaan jaringan saraf di lokasi luka dan jaraknya jauh dari otak. tergantung
pula pada jumlah dan strain virus yang masuk serta tergantung dari perlindungan
oleh pakaian dan faktor-faktor lainnya.
- Masa Laten dan Period Infeksi
Virus rabies memasuki tubuh melalui air liur hewan yang
terinfeksi dan biasanya sebagai hasil dari gigitan. Dalam kasus yang jarang
terjadi, virus rabies juga dapat ditularkan jika air liur yang terinfeksi masuk ke dalam luka
yang terbuka atau percikan ke dalam selaput lendir.
2.6 Dampak
Sosial Mayarakat
- Dikucilkan akibat luka yang diderita
- Merasa minder
- Peluang mendapat pekerjaan semakin kecil
2.7 Upaya
Pencegahan, Penanggulangan & Pengobatan
Langkah-langkah untuk mencegah
rabies :
Ø
Melakukan vaksinasi bagi orang-orang yang beresiko
tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu Vaksin rabies pre-exposure supaya dapat
terlindungi apabila mereka terpapar virus rabies, seperti: dokter hewan,
petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi, orang yang
menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah dimana rabies pada anjing
banyak ditemukan, para penjelajah gua kelelawar. Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan
menurun, sehingga orang yang beresiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 2 tahun. Sedangkan vaksin
rabies post-exposure diberikan pada seseorang setelah mereka terpapar virus
rabies, vaksin ini sebaiknya diberikan sesegera mungkin setelah terpapar virus
rabies.
Ø
Menghindari
gigitan anjing atau binatang-binatang liar. Bila
sudah terjadi maka binatang tersebut harus diobservasi oleh dokter hewan untuk kemungkinan rabies. Bila binatang tersebut menunjukkan tanda-tanda rabies atau bahkan mati dalam waktu 10 hari maka harus dilakukan
pemeriksaan laboratorik terhadap otak binatang tersebut untuk memastikan
diagnosa.
Ø
Melaksanakan
vaksinasi/pengebalan anti penyakit rabies terhadap anjing, kucing, kera secara
rutin 1-2 kali setahun tergantung vaksin yang digunakan.
Ø
Melaksanakan
penertiban/penangkapan anjing, kucing, kera yang berkeliaran di jalan-jalan, di
tempat-temapat umum dan dianggap membahayakan manusia.
Ø
Melaksanakan
pengamanan terhadap setiap kasus penggigitan oleh anjing, kucing, kera dan
hewan yang dicurigai menderita penyakit rabies yang dilaporkan dengan jalan
mengobservasi hewan tersebut.
Ø
Melaksanakan
penyuluhan berkesinambungan kepada masyarakat tentang penyakit rabies
Jika seseorang digigt hewan, maka hewan yang digigt harus diawasi. Diagnosa
terhadap rabies dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain :
·
Immunofluoresensi
(tes antibodi fluoresesensi) yang dilakukan terhadap hewan, utnuk mengetahui
apakah hewan tersebut menderiota rabies atau tidak
·
Biopsi
kulit, dimana kulitt leher diambil untuk diperiksa dibawah mikroskop, biasanya
dapat menunjukkan adanya virus.
Pemeriksaan Penunjang
- Darah rutin : dapat ditemukan peningkatan leukosit (8000 –
13000/mm3) dan penurunan hemoglobin serta hemtokrit.
- Urinalisis : dapat ditemukan albuminuria dan sedikit leukosit.
- Mikrobiologi : Kultur virus rabies dari air liur penderita
dalam waktu 2 minggu setelah onset.
- Histologi : dapat ditemukan tanda patognomonik berupa Negri
bodies (badan inklusi dalam sitoplasma eosinofil) pada sel neuron,
terutama pada kasus yang divaksinasi dan pasien yang dapat bertahan hidup setelah
lebih dari 2 minggu.
- Serologi : Dengan mendeteksi RNA virus dari saliva pasien
dengan menggunakan polymerase chain reactions (PCR).
- Cairan serebrospinal : dapat ditemukan monositosis sedangkan protein
dan glukosa dalam batas normal.
Langkah
Yang Perlu Dikerjakan Apabila Digigit Anjing
v
Mencuci
luka gigitan dengan sabun atau detergen selama 5-10 menit dibawah air mengalir. Kemudian
luka diberi alkohol 70% atau Yodium tincture. Setelah itu pergi secepatnya ke
Puskesmas atau Dokter yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan sementara
sambil menunggu hasil dari rumah observasi hewan. Setelah luka dibersihkan penderita yang belum pernah mendapat imunisasi
dengan vaksin rabies diberi suntikan immunoglobulin rabies, dimana separuh dari
dosisnya disuntikkan di tempat gigitan. Jika dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit
hewan yang menderita rabies kemungkinan tidak akan menderita rabies. Namun bila tidak dilakukan tindakan pencegahan yang tepat orang yang
digigit perlu mendapat pengobatan lebih lanjut.
v
Pada hewan tidak ada pengobatan
yang efektif, sehingga apabila hasil diagnosa positif rabies, diindikasikan
mati/euthanasia. Sedangkan pada manusia dapat dilakukan pengobatan Pasteur, pemberian
VAR dan SAR sesuai dengan prosedur standar operasi (SOP).
2.8 Prognosis
Prognosis dari Penyakit Rabies atau
Anjing gila ini akan fatal atau mengakibatkan kematian setelah 2-3 hari sesudah
gejala terlihat. Kematian disebabkan oleh asfiksia (sumbatan jalan nafas),
kejang, kelelahan atau kelumpuhan total. Namun prognosisnya akan baik atau
angka survivalnya mencapai 100% apabila dilakukan pengobatan awal setelah
digigit hewan pengidap rabies, seperti pencucian luka, serta dilakukan
pemberian VAR & SAR.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Penyakit rabies atau dikenal juga dengan penyakit
anjing gila merupakan salah satu penyakit zoonosa (penyakit hewan yang dapat
menular ke manusia) dan penyakit hewan menular yang bersifat akut serta
menyerang susunan syarat pusat dari hewan domestik maupun liar serta dapat
menyebabkan kematian pada manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%.
Penyakit rabies menular pada manusia melalui gigitan hewan penderita atau dapat
pula melalui jilatan pada luka karena air liur hewan penderita rabies. Penyakit
Rabies dapat dicegah dan diobati namun hanya pada saat gejalanya belum muncul,
yaitu dengan melakukan pencucian luka, serta pemberian VAR & SAR.
3.2
Saran
Penyakit Rabies akan menimbulkan kematian apabila tidak dilakukan
pengobatan awal setelah tergigit hewan terjangkit rabies dan gejela-gejalanya
mulai muncul. Oleh karena itu, untuk menekan tingkat kematian akibat Rabies,
sebaiknya melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap penyakit ini, seperti yang
sudah tertera dalam pembahasan makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar