Sabtu, 14 Maret 2015

ilmu Penyakit Umum- Rabies

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Penyakit Rabies merupakan penyakit tingkat akut yang disebabkan oleh virus yang dapat mempengaruhi otak dan sumsum tulang belakang dari semua mamalia, termasuk anjing, kucing, dan manusia. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Virus Rabies ini ditularkan melalui gigitan hewan misalnya anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Setiap tahun, rabies menyebabkan kematian sebanyak 50.000 orang dan jutaan hewan di seluruh dunia. Setelah gejala-gejala muncul, penyakit ini akan berakhir dengan kematian. Apabila sebuah kelompok masyarakat terkena penyakit ini, maka perbandingannya bisa mencapai 5:1.
1.2    Rumusan masalah
1.2.1   Apa definisi penyakit Rabies?
1.2.2   Bagaimana etiologi dari penyakit Rabies?
1.2.3   Bagaimana epidemiologi penyakit Rabies?
1.2.4   Bagaimana patogenesis dari penyakit Rabies?
1.2.5   Bagaimana Natural History Disease dari penyakit Rabies?
1.2.6   Apa saja dampak sosial masyarakat dari penyakit Rabies?
1.2.7   Bagaimana upaya pencegahan & penanggulangan serta pengobatan bagi penyakit Rabies?
1.2.8   Bagaimana prognosis dari penyakit Rabies?
1.3    Tujuan Penulisan
1.3.1   Untuk mengetahui definisi penyakit Rabies.
1.3.2   Untuk mengetahui etiologi penyakit Rabies.
1.3.3   Untuk mengetahui epidemiologi penyakit Rabies.
1.3.4   Untuk mengetahui patogenesis penyakit Rabies.
1.3.5   Untuk mengetahui Natural History Disease penyakit Rabies.
1.3.6   Untuk mengetahui berbagai dampak sosial masyarakat dari penyakit Rabies.
1.3.7   Untuk mengetahui upaya pencegahan, penanggulangan dan pengobatan bagi penyakit Rabies.
1.3.8   Untuk mengetahui prognosis penyakit Rabies.
1.4    Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu metode kepustakaan dengan melakukan browsing dari internet.


























BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi
Kata rabies berasal dari bahasa Sansekerta kuno rabhas yang artinya melakukan kekerasan/kejahatan. Dalam bahasa Yunani, rabies disebut Lyssa atau Lytaa yang artinya kegilaan. Dalam bahasa Jerman, rabies disebut tollwut yang berasal dari bahasa Indojerman Dhvar yang artinya merusak dan wut yang artinya marah. Dalam bahasa Prancis, rabies disebut rage berasal dari kata benda robere yang artinya menjadi gila.
Penyakit rabies atau dikenal juga dengan penyakit anjing gila merupakan salah satu penyakit zoonosa (penyakit hewan yang dapat menular ke manusia) dan penyakit hewan menular yang bersifat akut serta menyerang susunan syarat pusat dari hewan domestik maupun liar serta dapat menyebabkan kematian pada manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%. Penyakit rabies menular pada manusia melalui gigitan hewan penderita atau dapat pula melalui jilatan pada luka karena air liur hewan penderita rabies.
Gejala rabies pada binatang bisa dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
  • Fase Prodromal 
          a user uploaded image

Selama fase awal yang berlangsung selama beberapa hari, penyakit ini menghasilkan perubahan yang tidak terlalu terlihat, yaitu:
  1. Hilang nafsu makan
  2. Lesu
  3. Demam kadang muncul kadang hilang
  4. Mudah marah atau keinginan untuk sendiri

  • Fase “Mad Dog”



a user uploaded image

Fase ini biasa berlangsung kurang dari seminggu, ini adalah yang paling menakutkan karena biasanya gejala kekerasan paling sering terjadi pada fase ini, meskipun perlu dicatat bahwa tidak semua hewan yang terinfeksi rabies melalui fase ini. Beberapa orang dan hewan melewati fase ini dan langsung menuju ke fase ke-3, yaitu Paralytic.


Gejala yang muncul pada fase ini adalah :
  1. Kurangnya kordinasi, gerakan otot yang tidak teratur atau kejang
  2. Perilaku agresif terhadap benda atau makhluk lain
  3. Gelisah dan berkeliaran tanpa tujuan dari satu tempat ke tempat lain
  4. Kurangnya rasa takut
  5. Kebingungan dan tidak begitu mengenali orang-orang dan tempat yang seharusnya dia tau.
  • Fase Paralytic
          a user uploaded image
Dalam tahap akhir dan mematikan dari penyakit ini, manusia dan anjing yang terinfeksi rabies memperlihatkan gejala-gejala berikut ini:
  1. Mulut berbusa; Gejala ini disebabkan oleh kelumpuhan yang terjadi pada tenggorokan dan otot rahang, yang membuat sulit untuk menelan ludah. Akibatnya, kebanyakan hewan tidak akan mau makan dan minum sama sekali pada tahap ini.
  2. Rahang mengendur yang juga disebabkan oleh berkembangnya kelumpuhan.
  3. Kelumpuhan seluruh tubuh yang berakhir pada kematian.
Perlu diketahui bahwa virus dapat tetap aktif di dalam tubuh hewan yang mati untuk waktu 48 jam dan darah serta cairan tubuh lainnya dari hewan tersebut bisa menularkan virus jika terkontak dengan luka segar yang terbuka atau selaput lendir. 
Gejala sakit yang akan dialami oleh seseorang apabila terkena virus rabies dibagi dalam 4 tahap, yaitu : 
  • Stadium Prodnormal
    Dalam stadium prodnormal sakit yang timbul pada penderita tidak mencolok/ tidak khas. Hanya menyerupai infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan, pusing, pening, dan sebagainya. 
  • Stadium Sensoris
        Dalam stadium sensoris penderita yang terkena virus rabies umumnya akan mengalami rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas, gugup, kebingungan, hiperhidrosis, hiperlakriminasi, hipersalivasi dan lain sebagainya. 
  • Stadium Eksitasi
       Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi aerofobia, fotofobia dan hidrofobia. Kejang-kejang ini terjadi sebagai akibat dari adanya gangguan di daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. 
  • Stadium Paralitik
     Pada stadium ini menunjukkan tanda-tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah yang progresif. karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka keempat stadium sebelumnya akan terlihat sangat jelas perbedaannya.
2.2  Etiologi
Rabies disebabkan oleh virus rabies dari family Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Virus berbentuk peluru atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan pada potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong).
Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi.
Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi. Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan berukuran 9 nm, dan jarak antara spikes 4-5 nm. Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut lemak, alkohol 70 %,yodium, fenol dan klorofrom. Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam larutan gliserin 50 %. Pada suhu 60 ̊C virus mati dalam waktu 1 jam dan dalam penyimpanan kering beku (freezedried) atau pada suhu 40 ̊C dapat tahan selama beberapa tahun.
Karakteristik utama family Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas negatif RNA yang tidak bersegmen. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan (Host) yang berperan sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada letak geografis. Hewan perantara ini menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan. Selain melalui gigitan, infeksi ini juga dapat terjadi melalui jilatan hewan yang terinfeksi pada kulit yang terluka. setelah infeksi itu terjadi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non-saraf. Misalnya awalnya masuk ke kelenjar air liur dan kemudian masuk ke dalam air liur. 
2.3  Epidemiologi
  • Berdasarkan Orang
Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang cukup banyak. Tahun 2000, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun di dunia ini terdapat sekurang-kurangnya 50.000 orang meninggal karena rabies dan Rabies tidak berkaitan dengan usia, jenis kelamin maupun ras.


  • Berdasarkan Tempat
Di Amerika utara, Hewan-hewan yang kemungkinan besar menjadi perantara virus rabies ini adalah rakun dan sigung, di Eropa adalah rubah merah, dan di Afrika, Asia, dan Amerika Latin adalah anjing. Di bagian Afrika, Asia, dan Amerika latin memiliki tingkat penyakit rabies yang paling tinggi.
  • Berdasarkan Waktu
Rabies bisa terjadi disetiap musim atau iklim.

2.4  Patogenesis
Infeksi rabies pada manusia boleh dikatakan hampir semuanya akibat gigitan hewan yang mengandung virus dalam salivanya. Kulit yang utuh tidak dapat terinfeksi oleh rabies akan tetapi jilatan hewan yang terinfeksi dapat berbahaya jika kulit tidak utuh atau terluka. Virus juga dapat masuk melalui selaput mukosa yang utuh, misalnya selaput konjungtiva mata, mulut, anus, alat genitalia eksterna. Penularan melalui makanan belum pernah dikonfirmasi sedangkan infeksi melalui inhalasi jarang ditemukan pada manusia. Hanya ditemukan 3 kasus yang infeksi terjadi melalui inhalasi ini. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus rabies akan menghindari penghancuran oleh sistem imunitas tubuh melalui pengikatannya pada sistem saraf. Setelah inokulasi, virus ini memasuki saraf perifer. Masa inkubasi yang panjang menunjukkan jarak virus pada saraf perifer tersebut dengan sistem saraf pusat.
Amplifikasi terjadi hingga nukleokapsid yang kosong masuk ke myoneural junction dan memasuki akson motorik dan sensorik. Pada tahap ini, terapi pencegahan sudah tidak berguna lagi dan perjalanan penyakit menjadi fatal dengan mortalitas 100 %. Jika virus telah mencapai otak, maka ia akan memperbanyak diri dan menyebar ke dalam semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus, dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron – neuron sentral, virus kemudian bergerak ke perifer dalam serabut saraf eferen dan pada serabut saraf volunter maupun otonom. Dengan demikian, virus dapat menyerang hampir seluruh jaringan dan organ tubuh dan berkembang biak dalam jaringan seperti kelenjar ludah.


Khusus mengenai infeksi sistem limbik, sebagaimana diketahui bahwa sistem limbik sangat berhubungan erat dengan fungsi pengontrolan sikap emosional. Akibat pengaruh infeksi sel-sel dalam sistem limbik ini, pasien akan menggigit mangsanya tanpa adanya provokasi dari luar.

2.5 Natural History of Disease
  • Masa Inkubasi dan Klinis
Gejala penyakit rabies mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi. Masa inkubasi virus hingga munculnya penyakit adalah 10-14 hari pda anjing, tetapi pada manusia bisa mencapai 9 bulan. Namun dapat bervariasi dari 1 minggu bahkan sampai 1 tahun. Masa inkubasi sangat tergantung pada tingkat keparahan luka, lokasi luka yang erat kaitannya dengan keadaan jaringan saraf di lokasi luka dan jaraknya jauh dari otak. tergantung pula pada jumlah dan strain virus yang masuk serta tergantung dari perlindungan oleh pakaian dan faktor-faktor lainnya. 
  • Masa Laten dan Period Infeksi
Virus rabies memasuki tubuh melalui air liur hewan yang terinfeksi dan biasanya sebagai hasil dari gigitan. Dalam kasus yang jarang terjadi, virus rabies juga dapat ditularkan jika air liur yang terinfeksi masuk ke dalam luka yang terbuka atau percikan ke dalam selaput lendir.

2.6  Dampak Sosial Mayarakat
  • Dikucilkan akibat luka yang diderita
  • Merasa minder
  • Peluang mendapat pekerjaan semakin kecil

2.7  Upaya Pencegahan, Penanggulangan & Pengobatan

Langkah-langkah untuk mencegah rabies :
Ø  Melakukan vaksinasi bagi orang-orang yang beresiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu Vaksin rabies pre-exposure supaya dapat terlindungi apabila mereka terpapar virus rabies, seperti: dokter hewan, petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi, orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah dimana rabies pada anjing banyak ditemukan, para penjelajah gua kelelawar. Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang beresiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 2 tahun. Sedangkan vaksin rabies post-exposure diberikan pada seseorang setelah mereka terpapar virus rabies, vaksin ini sebaiknya diberikan sesegera mungkin setelah terpapar virus rabies.
Ø  Menghindari gigitan anjing atau binatang-binatang liar. Bila sudah terjadi maka binatang tersebut harus diobservasi oleh dokter hewan untuk kemungkinan rabies. Bila binatang tersebut menunjukkan tanda-tanda rabies atau bahkan mati dalam waktu 10 hari maka harus dilakukan pemeriksaan laboratorik terhadap otak binatang tersebut untuk memastikan diagnosa.
Ø  Melaksanakan vaksinasi/pengebalan anti penyakit rabies terhadap anjing, kucing, kera secara rutin 1-2 kali setahun tergantung vaksin yang digunakan.
Ø  Melaksanakan penertiban/penangkapan anjing, kucing, kera yang berkeliaran di jalan-jalan, di tempat-temapat umum dan dianggap membahayakan manusia.
Ø  Melaksanakan pengamanan terhadap setiap kasus penggigitan oleh anjing, kucing, kera dan hewan yang dicurigai menderita penyakit rabies yang dilaporkan dengan jalan mengobservasi hewan tersebut.
Ø  Melaksanakan penyuluhan berkesinambungan kepada masyarakat tentang penyakit rabies
Jika seseorang digigt hewan, maka hewan yang digigt harus diawasi. Diagnosa terhadap rabies dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain :
·         Immunofluoresensi (tes antibodi fluoresesensi) yang dilakukan terhadap hewan, utnuk mengetahui apakah hewan tersebut menderiota rabies atau tidak
·         Biopsi kulit, dimana kulitt leher diambil untuk diperiksa dibawah mikroskop, biasanya dapat menunjukkan adanya virus.

Pemeriksaan Penunjang
  1. Darah rutin : dapat ditemukan peningkatan leukosit (8000 – 13000/mm3) dan penurunan hemoglobin serta hemtokrit.
  2. Urinalisis : dapat ditemukan albuminuria dan sedikit leukosit.
  3. Mikrobiologi : Kultur virus rabies dari air liur penderita dalam waktu 2 minggu setelah onset.
  4. Histologi : dapat ditemukan tanda patognomonik berupa Negri bodies (badan inklusi dalam sitoplasma eosinofil) pada sel neuron, terutama pada kasus yang divaksinasi dan pasien yang dapat bertahan hidup setelah lebih dari 2 minggu.
  5. Serologi : Dengan mendeteksi RNA virus dari saliva pasien dengan menggunakan polymerase chain reactions (PCR).
  6. Cairan serebrospinal : dapat ditemukan monositosis sedangkan protein dan glukosa dalam batas normal.
Langkah Yang Perlu Dikerjakan Apabila Digigit Anjing
v  Mencuci luka gigitan dengan sabun atau detergen selama 5-10 menit dibawah air mengalir. Kemudian luka diberi alkohol 70% atau Yodium tincture. Setelah itu pergi secepatnya ke Puskesmas atau Dokter yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan sementara sambil menunggu hasil dari rumah observasi hewan. Setelah luka dibersihkan penderita yang belum pernah mendapat imunisasi dengan vaksin rabies diberi suntikan immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan. Jika dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit hewan yang menderita rabies kemungkinan tidak akan menderita rabies. Namun bila tidak dilakukan tindakan pencegahan yang tepat orang yang digigit perlu mendapat pengobatan lebih lanjut.
v  Pada hewan tidak ada pengobatan yang efektif, sehingga apabila hasil diagnosa positif rabies, diindikasikan mati/euthanasia. Sedangkan pada manusia dapat dilakukan pengobatan Pasteur, pemberian VAR dan SAR sesuai dengan prosedur standar operasi (SOP).

2.8  Prognosis
Prognosis dari Penyakit Rabies atau Anjing gila ini akan fatal atau mengakibatkan kematian setelah 2-3 hari sesudah gejala terlihat. Kematian disebabkan oleh asfiksia (sumbatan jalan nafas), kejang, kelelahan atau kelumpuhan total. Namun prognosisnya akan baik atau angka survivalnya mencapai 100% apabila dilakukan pengobatan awal setelah digigit hewan pengidap rabies, seperti pencucian luka, serta dilakukan pemberian VAR & SAR.






























BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Penyakit rabies atau dikenal juga dengan penyakit anjing gila merupakan salah satu penyakit zoonosa (penyakit hewan yang dapat menular ke manusia) dan penyakit hewan menular yang bersifat akut serta menyerang susunan syarat pusat dari hewan domestik maupun liar serta dapat menyebabkan kematian pada manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%. Penyakit rabies menular pada manusia melalui gigitan hewan penderita atau dapat pula melalui jilatan pada luka karena air liur hewan penderita rabies. Penyakit Rabies dapat dicegah dan diobati namun hanya pada saat gejalanya belum muncul, yaitu dengan melakukan pencucian luka, serta pemberian VAR & SAR.
3.2    Saran

Penyakit Rabies akan menimbulkan kematian apabila tidak dilakukan pengobatan awal setelah tergigit hewan terjangkit rabies dan gejela-gejalanya mulai muncul. Oleh karena itu, untuk menekan tingkat kematian akibat Rabies, sebaiknya melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap penyakit ini, seperti yang sudah tertera dalam pembahasan makalah ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar